Itu terungkap dalam Majmu' Al-Fatawa jilid 3 hal. 227:
وَالنَّاسُ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ كَانَ بَيْنَ الْحَنْبَلِيَّةِ وَالْأَشْعَرِيَّةِ وَحْشَةٌ وَمُنَافَرَةٌ. وَأَنَا كُنْت مِنْ أَعْظَمِ النَّاسِ تَأْلِيفًا لِقُلُوبِ الْمُسْلِمِينَ وَطَلَبًا لِاتِّفَاقِ كَلِمَتِهِمْ وَاتِّبَاعًا لِمَا أُمِرْنَا بِهِ مِنْ الِاعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللَّهِ وَأَزَلْت عَامَّةَ مَا كَانَ فِي النُّفُوسِ مِنْ الْوَحْشَةِ وَبَيَّنْت لَهُمْ أَنَّ الْأَشْعَرِيَّ كَانَ مِنْ أَجَلِّ الْمُتَكَلِّمِينَ الْمُنْتَسِبِينَ إلَى الْإِمَامِ أَحْمَدَ رَحِمَهُ اللَّهُ وَنَحْوِهِ الْمُنْتَصِرِينَ لِطَرِيقِهِ كَمَا يَذْكُرُ الْأَشْعَرِيُّ ذَلِكَ فِي كُتُبِهِ.
"Orang-orang pada tahu bahwa terjadi pertikaian sengit antara Hanbaliyyah dan Aasy'ariyyah, dan saya adalah salah satu yg sangat berperan menyatukan hati kaum muslimin dan menuntut kesamaan kalimat mereka serta mematuhi perintah Allah untuk berpegang pada tali agama-Nya. Saya juga menghilangkan kebencian yg ada dalam jiwa dan saya terangkan kepada mereka bahwa Asy'ariyyah itu termasuk ahli kalam yg paling dekat penisbahannya kepada Imam Ahmad dan semisalnya serta sangat membela metode beliau sebagaimana yg diakui oleh Al-Asy'ari sendiri dalam buku-bukunya."
Padahal kita tahu bahwa Ibnu Taimiyah sendiri paling banyak mengkritik akidah asya'irah. Tapi di lain sisi beliau tetap mengupayakan persatuan sesama muslim, bekerja sama dengan mereka dalam hal penegakan agama Allah.
Di sini Ibnu Taimiyah memuji Asya'irah di hadapan Hanabilah agar hanabilah tidak semakin benci kepada asya'irah dan agar tercapai ta`liful qulub antar mereka.
Bahkan beliau juga bertekad bersedia bekerjasama dengan Ibnu Makhluf, hakim yg telah menjebloskannya ke penjara gara-gara menganggap sesat akidahnya. Dalam Majmu' Al Fatawa jilid 3 hal. 271 setelah mengkritik Ibnu Makhluf habis-habisan, Ibnu Taimiyah berkata,
وَابْنُ مَخْلُوفٍ لَوْ عَمِلَ مَهْمَا عَمِلَ وَاَللَّهِ مَا أَقْدِرُ عَلَى خَيْرٍ إلَّا وَأَعْمَلُهُ مَعَهُ وَلَا أُعِينُ عَلَيْهِ عَدُوَّهُ قَطُّ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ. هَذِهِ نِيَّتِي وَعَزْمِي، مَعَ عِلْمِي بِجَمِيعِ الْأُمُورِ. فَإِنِّي أَعْلَمُ أَنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَلَنْ أَكُونَ عَوْنًا لِلشَّيْطَانِ عَلَى إخْوَانِي الْمُسْلِمِينَ.
"Ibnu Makhluf ini kalau meski telah melakukan apa yang dia lakukan, maka tetap saja apa yang saya bisa melakukan kebaikan akan saya bantu dia bekerjasama dan saya tidak akan menolong musuhnya dalam menjatuhkannya. Tiada kuasa dan daya kecuali dengan izin Allah. Inilah niat dan tekad saya dalam semua perkara, saya tahu bahwa setan mencabut persatuan sesama mukmin dan saya tidak mau menjadi penolong setan untuk melawan saudara saya sesama muslim."
Di sini Ibnu Taimiyah mencontohkan bahwa apapun perbedaan bahkan perbedaan dalam masalah akidah tidak menghalangi untuk bekerjasama dalam kebaikan dan hendaknya jangan menjadi penolong setan untuk mengobarkan perpecahan dan permusuhan, saling jegal tanpa solusi yang hanya bertujuan untuk saling benci.
Oleh: Anshari Taslim